Rabu, 14 November 2012

Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada...

Beberapa waktu saya memutuskan menjauhkan diri dari dunia maya..terlalu banyak kegalauan yang timbul dari kehidupan maya saya. Mungkin karena dunia maya penuh dengan pencitraan atau saya sendiri yang tidak pernah mencoba untuk tampil biasa saja. Temasn saya bilang social media itu tempat buat bersenang-senang, jadi jangan terlalu dipikirin, jangan terlalu dimasukin ke hati.

Tapi memang dasarnya saya orang yang sulit. Tidak pernah membiarkan sesuatu masuk dan keluar saja lewat mata dan telinga tanpa singgah lama di hati. Hingga kemaren saya membaca tweetnya ustad Yusuf mansur tentang hal-hal kecil. Satu tweet yang cukup menampar saya. Beliau menulisnya begini :

" 41. Jangan pernah bawa ke ati urusan apapun... Dibawa santai, kalem, rileks..."

Belakangan, saya mengikuti akun-akun para ulama, yang kemudian memberikan banyak doktrin-doktrin tentang surga dan neraka...tentang amal dan dosa dan hal-hal lain tentang kehidupan agama saya. Dan Tiba-tiba saja saya merasa banyak hal yang sangat tidak saya ketahui, terlalu banyak hal yng bertentangan dengan pengetahuan saya selama ini hingga membuat saya tidak henti ketakutan..takut jika besok pagi saya tidak bangun lagi dan Allah menemui saya dalam kondisi marah karena dosa saya terlalu banyak. Setiap hari selama beberapa waktu itu, saya bangun dengan keringat dingin, takut kalo saya tidak bangun di kasur lagi tapi di kuburan..

Kadang saya berpikir, bagaimana jika surga dan neraka tak pernah ada? apa yang akan terjadi pada saya..jangan-jangan saya tidak pernah sadar diri karena tidak pernah merasa ada hukuman yang menanti saya didepan untuk semua kesalahan yang pernah saya lakukan..

Saya jadi ingat cerita teman saya si iad, yang mengalami hal yang sama setelah ia melahirkan. Baby bluesnya teman saya ini hadir dalam bentuk takut mati. takut jika ia harus meninggalkan anaknya yang masih kecil dan takut jika ia tidak mampu membesarkan anak2nya dengan baik sehingga jika ia mati tidak mampu mempertanggungjawabkan apapun. Pun, saya membaca postingan teman saya wanda tentang perjalanannya menemukan Allah dan merasa apa yang saya alami jauuuhhh sekali dengan apa yang ia alami. Saya iri ama perjalanan yang dilakukan wanda dan iri pada desi yang sudah pernah mengunjungi Allah dalam perjalanan hajinya..Saya tau bahwa setiap orang memiliki perjalanannya sendiri-sendiri bertenu Tuhannya dan begitupun saya..tapi saya merasa saya dan Dia berjarak..jarak yang mungkin saya sendiri menciptakanya. Jujur, saya ingin merasakan jatuh cinta padaNya seperti yang dirasakan wanda..bukan beriman semata-mata karena rasa takut saja..

Setiap kali saya punya masalah, saya meluapkan emosi saya dengan menonton film india paling sedih yang pernah saya tonton, Kal Hoo Na Hoo..tapi saya belum pernah sesegukan kalo sedang mengadu padaNya, hanya sebatas air mata mengalir saja..pun saya juga belum pernah sesegukan mengingat betapa banyak dosa saya..yang entah bagaimana caranya bisa dihapuskan..Dan makin malu saya mengingat betapa sering dan kuatnya Allah menjaga saya dari hal-hal buruk, melimpahi saya dengan nikmat-nikmat yang tak pernah bisa saya hitung namun saya masih saja menambah daftar dosa bukan pahala saya...

Hingga satu saat saya ingat postingannya wanda yang lain tentang memperbaiki pernikahan. Disitu saya akhirnya tau bahwa setiap orang pernah mengalami pertentangan seperti yang saya rasakan. Dari postingan itu saya belajar, bahwa saya harus memulai semua perbaikan sedikit demi sedikit. Dan kemudian saya memulainya dengan memperbaiki sholat saya..seperti yang disarankan wanda, saya berusaha sholat diawal waktu..dan masih harus sangat belajar untuk khusyu..saya berusaha menelpon Allah lebih sering...Saya ingin jatuh cinta..ingin merasakan rasa cinta yang menggebu-gebu seperti ketika aku jatuh cinta pada lawan jenis..

Hati saya masih seringkali kacau hingga saat ini..tapi kemudian saya juga ingat apa yang dikatakan oleh teman saya iad ketika ia mengalami kekacauan ini;
"pada akhirnya saya menyerah..saya akhirnya memilih untuk menyadari bahwa tidak ada satupun diantara kita yang hidup selamanya..jadi sebelum waktu saya tiba, saya harus mendorong diri saya berbuat baik sebanyak-banyaknya"

Alhamdulillah Allah masih mengirimkan rasa takut ini kepada saya..
mudah-mudahan keinginan saya untuk belajar jatuh cinta padaNya pun tak pernah surut. Begitupun semoga Ia juga terus menjaga saya dan memberikan saya kesempatan untuk memperbaiki diri sampai waktunya bertemu denganNya.

dan Alhamdulillah  saya diberkati dengan banyak teman untuk berkaca, untuk mengukur diri dan untuk mengingat bahwa apa yang saya lakukan tidak ada seujung kukunya orang lain dalam hal beramal tapi dosa saya pasti jauh lebih banyak daripada dosa orang lain..



Senin, 06 Agustus 2012

Terlalu Sayang

Hampir jam setengah sebelas malam di depok dan adik saya, ade sudah tertidur pulas disebelah saya. Malam ini, malam terkahir saya di Jakarta dan saya putuskan untuk menginap di asrama mahasiswa UI untuk menemani dan lebih tepatnya mengurusi kebutuhan pindah asramanya si Ade sebelum saya pulang esok malam ke Pekanbaru.

Sebulan kami sekeluarga menghabiskan hari dengan harap cemas akan nasib dan masa depan adik saya ini. Harapan pertama kami agar dia lulus sebagai mahasiswa undangan di UGM tidak terkabulkan. Kami semua kecewa tapi pasti dia jauh lebih kecewa. Harap-harap cemas yang kedua muncul ketika periode pengumuman SNMPTN tiba dan kali ini kekecewaan yang kami hadapi jauh lebih besar dari sebelumnya saat nama si ade tidak muncul didaftar kelulusan. Hingga akhirnya namanya muncul di daftar mahasiswa yang lulus seleksi masuk Universitas Indonesia di Fakultas Hukum.

Jika boleh bercerita, maka kelulusan si Ade di FHUI adalah jalan yang dipilihkan Allah untuknya. Bagaimana tidak, dua kali ikut snmptn, UI tidak pernah menjadi pilihannya. Ia ingin kuliah di UGM bukan di UI, begitupun pilihan akan fakultas hukum, bukan keinginan utamanya, keinginan utama adik saya ini adalah menjadi akuntan.

Tapi begitulah, Allah menggoreskan namanya sebagai mahasiswa yang terdaftar lulus di kampus dan fakultas yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Sabtu minggu yang lalu, saya dan dia berangkat ke Jakarta untuk mengurusi segala sesuatu mengenai kuliahnya. Kami tidak pernah bepergian berdua saja sebelumnya. Saya berangkat dari Pekanbaru dan ia berangkat dari Padang untuk kemudian bertemu di cengkareng. Hampir seminggu kami tinggal bersama di apartement milik mahasiswa saya dan melakukan banyak hal bersama untuk kemudian membuat saya menyadari bahwa saya saat itu sedang menjadi ibu bagi seorang anak yang baru beranjak dewasa.

Dan ternyata memang tidak mudah. Dia dan saya berbeda zaman. Ade, adik saya ini, anak no 4 dikeluarga kami dengan status hampir menjadi bungsu. jaraknya dengan adik saya yang lain hampir 10 tahun. Ia biasa mendapatkan banyak kemudahan sehingga seringkali tidak memepedulikan banyak hal selain diri dan keinginannya sendiri. Begitupun ia adalah tipikal anak zaman sekarang yang jauh lebih ekspresif dan keras kepala. Ia akan lebih sering bertahan dulu dengan keinginannya setiap kali saya memberikan masukan, untuk apa saja; mulai dari pemilihan barang pribadi hingga pemilihan kos. Sepanjang urusan itu, adik saya ini seringkali berkata terserah namun pada akhirnya ia akan memilih pilihannya bukan saran saya.Begitupun ketika ia terkendala suatu masalah, ia cenderung menggantungkan diri pada saya; mulai dari atm yang tidak bisa dipakai hingga membeli seragam wajib ospek saat ia tidak bisa keluar dari asrama.

Tapi lama-lama saya pikir itu salah saya juga. Saya, orang yang ingin melihat ia mengepakkan sayapnya sejauh mungkin diangkasa luas sana, malah memberi jerat di kakinya agar ia tetap dapat terbang namun dalam jangkauan mata saya. Saya ingin ia mandiri dengan kuliah jauh dari rumah, ditempat yang bagus dan banyak orang baru, namun disatu sisi saya belum melepaskannya untuk benar-benar belajar mengurus dirinya sendiri dan mengambil keputusan-keputusan penting malah terlalu sering mengkhawatirkan keadaannya hingga kemudian membiarkan diri saya yang melakukan banyak hal untuknya, yang saya pikir biasa jika seorang kakak terlalu sayang pada adikknya.

Namun saya lupa, jika sesuatu yang bernama terlalu biasanya tidak baik. Begitu juga dengan terlalu sayang. Terlalu sayang membuat kita takut melihat orang yang kita sayangi terluka dan mengalami kesulitan padahal disetiap luka dan kesulitan yang datang itulah ia dan kita akan belajar banyak hal. Kekhawatiran kalau ia akan susah di rantau setelah saya pulang membuat saya memilih untuk membereskan urusannya dulu sebelum saya pulang, kekhawatiran jika urusan dia tidak akan beres atau kekhawatiran bahwa dia tidak akan bisa melakukan banyak hal sendirian membuat saya repot sendiri dan membuat ia terlena, padahal setelah ini, ia akan mengurus dirinya sendiri bukan saya lagi.

Ah, terlalu sayang ternyata juga tidak bagus ya...:)
Baiklah, saya akan mulai melepaskannya perlahan untuk bisa berjalan sendiri. ibarat anak bayi yang belajar berjalan, jika orang tuanya takut melepaskannya maka ia takkan pernah bisa belajar berjalan


So, my dearest little sister,
Fly as high as you want..try new things as many as you want too..there's no one can beat you for that but yourself ..

If you can walk through the long and windy road so far..i really sure that you can easily walk on another road..

Take care of yourself well..I'm proud of you

Jumat, 15 Juni 2012

Lebih Dari Sekedar Gelar Juara

Tidak seperti kebanyakan orang, saya termasuk orang yang tidak menyukai dan menggemari olah raga sepak bola. Serame apapun kehebohan event-event bola besar seperti piala dunia, piala asia atau yang sedang berlangsung hari ini, Euro, saya sama sekali tidak terpengaruh. Bagi saya, sepak bola itu membingungkan, satu bola kok ya diperebutkan. kenapa engga beli aja sendiri-sendiri trus dimainin?

Nyaris tidak ada faktor kuat yang mendorong saya untuk bisa menikmati nonton bola. Pertandingan bola dalam negri jarang yang berakhir happy ending seringnya berakhir rusuh. Pertandingan lawan tim luar lebih sering kalah daripada menang, Pemain bola dalam negri juga lebih banyak yang berasal dari luar..hmm...kalau sudah seperti ini, saya rasanya lebih memilih nonton pertandingan bulu tangkis saja.

Kemudian saya kenal dengan Kak deni,kakak kos yang rela begadang sendirian di ruang TV kosan kami menonton pertandingan MU. Baginya MU dan bola adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya. Saat kami makin akrabpun, saya masih saja tidak pernah tertarik menemaninya menonton tengah malam. Begitupun ketika kamar saya kebagian TV hibahan dari adek saya di Jakarta dan dijadikan markas buat nonton tengah malam oleh adek-adek kos, saya lebih memilih tidur ketika mereka semua teriak-teriak saat gawang dibobol.

Pun saya pernah memiliki kekasih seorang mantan pemain bola di sebuah klub di timur Indonesia sana. Saya sih tidak terlalu tahu tentang perjalanannya di klub itu, entah hanya jadi cadangan atau jadi pemain utama. Dan seorang pemain bola seperti dia pastilah juga pecinta bola.Namun, semasa saya menjadi kekasihnya, saya hanya duduk sebagai supporter bagi dia, belum sampai ke taraf pencinta bola; hanya membawakan jagung rebus, mengupasinya dan menunggu si penonton setia itu makan jagung sambil berteriak-teriak dan melupakan saya yang duduk disebelahnya. Sayanya? ga ngerti apa yang terjadi di TV.

Pandangan saya tentang bola mulai berubah ketika saya mengenal seorang perempuan yang kemudian saya ketahui menjadi admin di komunitas fans klub bola aremania untuk daerah sumatera di Kaskus. Saya punya banyak teman perempuan pencinta bola, tapi yang sampai ngadmin di sebuah komunitas bola, lokal pula menurut saya bukan hal yang biasa. Itu hal yang luar biasa. Karena perempuan menggilai bola biasanya karena pemainnya yang ganteng-ganteng, baru kemudian pindah ke teknik dan lain-lainnya. Bahkan tidak sedikit perempuan menggilai bola karena ingin dianggap gaul dan keren sehingga bisa dengan mudah lalu lalang didunia laki-laki.

Teman saya ini, kemudian sering memaksa saya untuk beberapa kali menemaninya nonton bareng di komunitas fans club Pekanbaru. Jadilah saya kemudian ikut-ikutan nonton tanpa mengerti bagaimana pertandingan berjalan..(masih seperti biasa:). Sebagai penonton pasif, saya hanya bisa terkaget-kaget kalo meja digebrak kalo gol gagal dicetak dan setiap kali kata-kata J**N**K itu bertebaran diudara. Teman saya dan kegilaannya pada aremania akhirnya menjadi racun dikepala saya..ring tone hapenya yang marsnya aremania, tanpa sadar sering saya senandungkan di sepanjang jalan ketika saya mengendarai motor, padahal aremania itu masih jauh dari pikiran saya apalagi Aremanya. Hinga saat ini saya masih tidak mengerti mengapa banyak ABG yang menggilai Dendi, Ridwan atau Sunarto..karena menurut saya mereka hanya seperti pria-pria biasa yang bermain bola.

Witing tresno jalaran soko kulino kata orang jawa..
Saya mungkin masih belum tergila-gila pada bola, tapi sedikit demi sedikit saya mulai jatuh cinta pada orang-orang yang membuat dunia disekitar bola itu menjadi jauh lebih menyenangkan dan tak jarang menjadi mencengangkan. Ketika saya bertanya pada teman saya itu, mengapa ia begitu getol membela klub lokal, sementara banyak orang begitu memuja-muja klub-klub luar negeri? ia menjawab karena semua orang yang pernah hidup di Malang pasti memiliki fase kecintaan dan jatuh cinta pada arema meskipun ia tidak lagi tinggal di Malang. Dari ceritanya saya mengetahui betapa kuatnya atmosfer bola melekat pada sebuah kota dan betapa tak terpisahkannya sebuah kota dan klub bolanya.

Dari situ saya banyak belajar, bahwa kecintaan itu bisa dibangun dan bisa ditumbuhkan meskipun akan ada saja orang yang meruntuhkannya. Bahwa sebuah klub bola bisa membangun banyak hal diluar permainannya sendiri. Ia bisa membangun masyarakat yang mencintai olahraga sehingga bisa bersikap sportif dan menjadi pendukung yang baik, bukan hanya sekedar penonton bola yang bisa bersorak ketika tim kebanggaannya menang dan melempari pemain dengan botol kosong ke tengah lapangan jika timnya kalah. Ia juga membangun perekonomian; mulai dari penjual minuman di stadion hingga mereka yang menjual kaos dengan nama tim mereka tercetak di punggung kaos itu.

Dan yang paling penting, olahraga dan klub seperti yang digilai teman saya ini, Arema, telah membangun banyak jaringan pertemanan dan persaudaraan. Tak peduli dimanapun mereka berdomisili saat ini, salam satu jiwanya arema tetap menyatukan mereka.

Hari ini didepan kelas, ketika salah satu mahasiswa saya bertanya apakah saya seorang penggemar bola, maka saya menjawab dengan jujur bahwa saya bukan seorang penggila bola, bahkan saya jarang menonton pertandingan bola. Pada mereka saya berkata jika saya ingin menonton bola, maka saya akan menonton liga dalam negri. Saat itu mereka kembali bertanya, apa enaknya nonton pertandingan klub bola dalam negri, maka saya menjawab :" bukankah seharusnya kita yang menjadi penonton di negeri kita sendiri? bukankah kita yang harusnya digaris paling depan membanggakan tim-tim yang mati-matian berjuang untuk membuat kita sebagai warga negara, sebagai penduduk dari dareah yang kita tinggali merasa bangga atas apa yang mereka raih?. lalu jika bukan kita, siapa lagi yang akan menjadi penyemangat agar olahraga ini tidak hanya sekedar menjadi biang kerusuhan namn menjadi sumber kebanggaan? kalo bukan kita lalu siapa?"

Sampai hari ini saya masih seorang awam di olahraga ini, saya masih tidak mengerti mana yang offside, mengapa ada gol yang dianulir, mengapa seorang pemain bisa mendapat kartu merah atau kuning. Tapi, saya berjanji untuk belajar mengerti bahwa ada banyak hal yang jauh lebih penting dari sekedar gelar juara di lapangan..

salam satu jiwa..dari fansnya persipura yang ngefans karena pernah mencintai orang papua:)

Jumat, 08 Juni 2012

Mengambil Resiko

Saya suka kagum dengan orang-orang yang memiliki keberanian untuk mengambil resiko dalam kehidupan. Papa saya contohnya, beliau hidup dengan resiko disekitarnya. Dulu, awal menikah dengan mama saya, beliau memutuskan untuk keluar dari perusahaan BUMN dibidang kelistrikan dan memilih menjadi anak buah orang lain disebuah biro kontraktor listrik kecil. Ketika saya bertanya kepada beliau, mengapa beliau tidak bertahan saja di kantor tersebut, dalam pikiran saya setidaknya mungkin saat ini beliau pensiun sebagai salah satu dari jajaran bos yang ada, papa saya menjawab : " jika papa tidak keluar dari sana, mungkin papa tidak akan bisa dengan leluasa membuatkan kalian rumah yang layak dan pendidikan yang bagus ". Saya mangut-mangut saja saat itu. Setelah bertumbuh, saya jadi tahu resiko apa yang harus dihadapi papa dan kami semua. Ada saatnya kami semua harus berangkat sekolah dengan uang jajan sekedarnya karena uang proyek belum keluar sementara proyek baru membutuhkan banyak uang. Resiko lainnya yang diambil papa saya adalah menanggung kehidupan anak buahnya, yang kondisinya jauh-jauh lebih buruk dari kami, sekedar memberikan uang seratus-dua ratus ribu ke mereka untuk membeli beras atau membayar uang sekolah anak. Hingga bulan lalu, saat saya pulang ke Padang, saya masih sering melihat mereka sesekali datang dengan muka tanpa harapan dan pulang dengan muka berbinar-binar hanya karena uang seratus ribu. Resikonya lain yang kemudian baru saya sadari juga adalah, betapa banyaknya Allah mengirimkan kemudahan pada kami, anak-anak papa karena resiko yang diambil papa untuk selalu memudahkan orang lain

Tadi malam, bersama atiek, cepi dan mas jully teman-teman akrab saya di Pekanbaru, saya menemani cepi membeli oleh-oleh lempok durian yang akan diberikan Cepi ke sorang kolega yang berkunjung ke Pekanbaru. Lempok durian yang kami beli itu tidak dijual di toko oleh-oleh semacam megarasa, khadijah atau cik puan, ia hanya dijual di gerobak beroda milik seorang tukang durian di jalan riau. Bukan kali pertama saya kesana, sebelumnya saya dan atiek sudah pernah membeli untuk oleh-oleh ke Jawa. Lempok pinggir jalan itu jauh lebih murah dari yang di toko tapi jauhhhh lebih enak juga, karena duriannya berasal dari durian yang tidak habis terual di gerobaknya pada hari itu. Karena pertama kali beli dan belum tau rasanya, saya menanyakan sampel, tak disangka beliau memotong dua sebatang lempok ukuran 20 cm, separuhnya dikasih saya untuk dicoba. Saya kaget juga dengan keberanian si bapak memberikan sampel senilai 7500. Bandingkan dengan toko-toko sejenis yang mmberikan sampel seupil saja. Ketika selesai beli oleh-oleh waktu itu, saya dan atik mendapatkan bonus masing-masing sebatang lempok yang dijadikan sampel tadi.

Tadi malam, teman saya cepi itu, membeli 8 kotak lempok masing-masing seharga 25. Bonus yang diberikan si bapak penjual itu juga ga kira-kira. Kami berempat, bisa makan durian gratis. Memang bukan durian yang super-super enak, tapi tetap saja kalau terjual harganya diatas 20rb/buah. sebelum memakan durian, beliau menyuruh saya mencicipi rasanya, kalau tidak manis, batal. Padahalnya hanya durian gratis lo, si bapak memilih untuk tidak sembarangan ngasih durian ke orang lain. Malam itu, duriannya tinggal berapa buah saja saat sebuah mobil berenti dan sepasang suami istri turun. Beliau langsung mengatakan kalau duriannya tidak ada yang bagus, beliau menjanjikan besok hari akan lebih banyak yang bagus yang datang. Beliau mengambil resiko kehilangan beberapa puluh atau ratusan ribu malam itu, hal yang tidak umum dilakukan oleh pedagang lain.

Ternyata keberanian mengambil resiko itulah yang membuat beliau memiliki banyak langganan. Pelanggan yang membeli durian ditempat beliau tidak perlu merasa khawatir akan mendapatkan durian yang tidak berkualitas, kalaupun dapat yang buruk, bisa ditukarkan kembali. Dan malam itu, beliau kembali mengambil resiko dengan memberi kami masing-masing sebatang lempok..60 ribu baru saja hilang..tapi saya yakin akan segera berganti dengan beratus-ratus ribu..

Kalau bapak tukang durian itu seberani itu, berarti saya dan banyak orang juga pasti bisa :)

Selasa, 05 Juni 2012

When Destiny (not) Meet Our Choice

Ada masa dimana pilihan dan takdir tidak bisa bersatu seperti yang kita inginkan. Katanya Tiara lestari dibukunya, menikah itu adalah ketika pilihan dan takdir sejalan. Jika hanya salah satu, maka tidak akan ada pernikahan, yang ada hanyalah kata-kata mantan pacar, manta kekasih atau mantan tunangan. Untuk saya pribadi, sampai hari ini pilihan saya belum sesuai dengan takdir yang ditetapkan Sang Maha Pencipta, jadilah saya punya beberapa mantan..(sok laku ya).

Bagi saya, tidak mudah memang melepaskan diri dari sesuatu yang bernama masa lalu, ada saja caranya terkoneksi dengan mereka. Seperti kemaren, ketika saya berbicara dengan seorang teman akrab saya waktu di jogja dulu. Teman saya itu, sekarang bekerja di pertambangan batubara yang merupakan bidang pekerjaan salah satu mantan pacar saya. Jadilah, atas permintaan teman saya itu, saya kembali menghubungi dia untuk bisa mendapatkan informasi seputar pekerjaan bagi teman saya tersebut.

Ia salah satu orang yang paling lama pernah mengisi hati saya. Begitu lama dan istimewa. Saya memanggilnya dengan sebutan kangmas dan dia memanggil saya dengan diajeng, panggilan termanis yg pernah saya punya meski saya bukan orang Jawa. Ketika diterima bekerja ditambang itu, ia memilih Jogja sebagai point of hire agar setiap kali cuti kami bisa bertemu. Dengannya juga impian utk menetap di Jogja saya bangun, meskipun akhirnya harus kandas. Terakhir saya menghubungi mantan pacar saya itu hampir setahun yang lalu, setelah 3 tahun memutuskan komunikasi antara saya dan dia. 3 tahun ternyata bukan waktu yang singkat, ternyata cukup panjang hingga membuat kami berdua sudah saling melupakan suara yang dulu akrab ditelinga masing-masing. Bayangkan, dulu hampir beberapa kali dalam sehari kami saling berbicara ditelepon, dengan ditemani suara kereta api (waktu ia tinggal di Lampung) atau suara kresek-kresek karena sinyal yang jelek ketika ia bekerja di pedalaman Kalimantan.

Ada kecanggungan yang ketika harus berbicara lagi dengannya. Wajar saya rasa, mengingat kami dulu adalah teman bicara. Berbagai pertanyaanpun muncul dari dia; mulai dari kabar, apakah saya sudah membeli rumah atau belum, apakah saya akan segera sekolah hingga kapan saya akan menikah. Begitupun berbagai pertanyaan juga hadir dari saya, mulai dari kabar dia dan keluarganya, anaknya sudah bisa ngapain hingga bagaimana kondisi pekerjaannya. It has been years our frequently asked question not being asked to each other..as simple as "how is today?". Ketika hubungan terjalin, maka akan banyak hal biasa menjadi luar biasa dan ketika ia berakhir, maka akan banyak juga hal luar biasa itu menjadi kembali biasa..suka atau tidak suka. Begitupun dengan saya dan dia..masa pacaran beberapa tahun itu terkikis oleh masa berjarak yang tak sebentar. semuanya terasa asing kembali.

Dari nadanya bertanya kepada saya, semua terasa seakan-akan saya dan dia masih seperti dulu, termasuk semua hal yang harusnya ia ketahui dari saya, padahal semua hal tidak lagi sama. Tak jarang juga ia bersikap seakan dia mengenal saya dengan baik dan memeberikan beberapa penilaian yang seakan-akan kondisi dia sekarang tidak lebih baik dari dulu, ketika bersama saya atau kondisi saya sekarang tidak lebih baik daripada ketika saya dulu bersama dia..

Lalu, mengapa dia tidak memilih saya saja waktu itu? agar kami bisa saling mensupport dan membuat hidup kami masing-masing terlihat lebih baik satu sama lain? Ya itulah yang disebut tidak berjodoh. Berbagai cara yang saya upayakan malah berhasil setelah kami berpisah, padahal sebelumnya semua syarat yang dia ajukan telah dengan senang hati saya penuhi malah tidak membawa saya dan dia bersatu di pelaminan. Ia malah berdiri di pelaminannya dengan pengantin wanita yang lainnya. Ya begitulah jodoh, ketika pilihan saya bertemu dengan takdir yang dipilihkan Tuhan untuk saya..Dengannya, saya telah memilih hati untuk saya singgahi, saya telah memilih mimpi untuk saya bangun dan memilih tumbuh tua bersamanya..tapi ternyata Tuhan tidak menetapkan dia untuk saya dan sebaliknya, Tuhan memilihkan orang lain yang lebih cocok mendampinginya daripada saya.

Butuh tiga tahun bagi saya untuk bisa menerima bahwa apa yang saya dan dia alami adalah hal yang disebut tidak berjodoh tadi. Seperti halnya banyak orang yang mengakui bahwa mereka percaya bahwa jodoh adalah urusan Tuhan, sayapun juga begitu. Tapi ternyata butuh lbih dari sekedar percaya, yang kita butuhkan adalah keyakinan bahwa semua memang telah diatur olehNya dengan sebaik-baiknya.

Butuh 3 tahun bagi saya untuk memaafkan dia setelah hubungan kami berakhir, padahal mungkin bukan hanya dia saja yang butuh dimaafkan, saya juga. Karena hubungan melibatkan dua orang; tidak hanya dia tapi juga saya. 3 tahun memang bukan waktu yg tidak sebentar. Tapi setelah itu, saya lega, bahwa saya bisa mengakhiri semua dengan baik dan melangkahkan kaki dengan perasaan yang ringan..


Selasa, 15 Mei 2012

Like finding shoes




sumber foto :http://www.martinphelps.com/blog/wp-content/uploads/2010/06/grittleton_b2928sm.jpg

Dari tulisan disebuah majalah wanita : "Finding love is like finding shoes. People go after the good looking ones, but they end up choosing the one they feel comfortable with."

Setelah dipikir-pikir quote diatas cenderung lebih banyak benarnya daripada salahnya. Kalau saya beli sepatu, biasanya akan mencari yang "lucu" dulu. Lucu disini berarti yang tampilannya unik, meskipun harganya murah tapi tidak murahan, ada detil cantik yang tidak rame seperti belt, payet atau pita. Saya akan cenderung memilih sepatu kerja dengan tumit 5cm kebawah saja, kalau lebih, kasian sepatunya yang akan kesulitan menopang si tuan yang berbadan besar seperti saya. Saya lebih suka sepatu yang berujung runcing daripada yang bulat atau persegi, membuat kaki gemuk saya terlihat lebih ramping. Kalau dari segi bahan, saya suka yang mengkilap daripada yang tidak, saya lebih suka yang beludru karena mengkilap dan berkesan mahal daripada yang kulit keras biasa.

Selesai menemukan masing-masing sepatu yang menarik mata, entah itu karena ada pita, payet-payet kecil yang manis atau karena kemengkilapannya; maka tibalah saatnya mencoba. Seringkali sepatu cantik yang saya pilih tadi tidak muat masuk ke kaki saya yang besar itu atau membuat kaki saya yang ga putih-putih amat itu terlihat kusam. Satu-persatu sepatu dicoba, akhirnya si pencoba akan mulai putus asa. Tiba-tiba iseng meraih sepatu yang nampak didepan mata dan memasukkan kaki kedalamnya dan taraaaaa..tiba-tiba sepatu yang ga masuk kategori tadi malah enak sekali dipakai, tidak kesempitan tidak kelonggaran, nyaman diinjak. Untuk memastikannya, dibawalah si sepatu berjalan-jalan agak sebentar, terasa makin nyaman. Tanpa pikir panjang akhirnya sepatu yang tadi langsung dibungkus dan dibayar. Sesampai di rumah, sepatu itu dibuka dan diamat-amati, ia tidak berujung runcing, tidak mengkilap bahkan hanya tampil polos dengan kulit yang lunak. Warnanyapun hanya warna standar saja, tapi begitu ia dipasang di kaki, ternyata warna, ornament bahan tidak lagi penting.

Begitu juga nampaknya dengan pasangan. Saya, lebih suka pasangan yang lebih tinggi dari saya, berkulit gelap. Inginnya saya, ia lebih pintar dari saya dan akan lebih baik kalo ia lebih keras dari saya sehingga saya bisa bersandar kepadanya kelak dan pasti akan menyenangkan kalo ia memiliki penghasilan dan pendidikan yang juga jauh lebih tinggi dari saya sehingga ia tidak perlu berpikir bahwa saya akan merendahkan dirinya. Tapi sepanjang perjalanan asmara saya (cieee berasa banyak fans), hanya satu-satu dari semua kriteria itu yang terpenuhi, entah itu fisik, entah itu pendidikan atau entah itu penghasilan. Tapi diluar semua kriteria standar tadi, bagi saya ya tetap saja perasaan nyaman dan nyambung kalo berbicara itu jauh lebih penting. Nyambung memang sering berhubungan dengan pembicaraan dan kesukaan sementara nyaman berhubungan dengan penerimaan dari sikap-sikap. Bagi saya pribadi, keduanya akan jauh lebih menyenangkan jika digabungkan. Pembicaraan ringan akan menjadi awal bagi saya untuk merasakan apakah saya nyambung dengan seseorang. Setelah perasaann nyambung itu muncul, maka kenyamanan akan bisa dirasakan.

Pria ganteng luar biasa seperti nicholas saputra, idolah teman saya novetra, tidak akan menarik lagi jika ia tidak bisa diajak ngobrol dengan enak. Dari ngobrol jalan bisa berlanjut ke kehidupan sehari-hari. Dari situlah saya akan mengetahui apakah dia benar-benar pria yang saya inginkan atau tidak, dari c ara dia bersikap, dari cara dia berbicara dan dari hal-hal lain yang seringkali tidak terlihat oleh kasat mata; seperti apakah ia bisa dijadikan tempat untuk dimintai pendapat jika saya punya persoalan, apakah ia akan memarahi saya kalau saya salah, atau ia akan memberitahu saya dengan baik-baik, apakah ia akan menenangkan saya ketika saya menangis dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja atau ia malah akan menganggap saya cengeng.
Dan ketika semua pertanyaan saya tentang sudah terjawab..dan ketika semakin hari perasaan nyaman itu mengemuka, dari situ saya akan tau, bahwa hal-hal penting lainnya yang lazim disebut kriteria menjadi tidak penting lagi.



Itu cerita saya, bagaimana cerita kalian temans?

Kamis, 03 Mei 2012

MagicalMay2012 day 3- Relationship

Saya penulisan PR hari kedua dan langsung menuju hari ketiga, yang sebenarnya menjadi hari pertama saya membaca ttg project ini. Di hari ketiga ini, selain mengucapkan syukur atas 9 hal yang terjadi dihari sebelumnya dan no 10nya adalah hubungan terberat yg pernah dijalani. Selain itu, saya juga diminta untuk menuliskan 3 hubungan yang paling berpengaruh dalam kehidupan saya.

What i love from May 2nd are :

1. Bisa merasakan sejuknya AC di kamarnya atiek pas tidur malam

2. punya teman yang hatinya lapang kaya si atiek, membolehkan saya tidur di rumahnya kapan saja

3. dan bisa bangun siang karena tidak ada jadwal mengajar pagi

4. masih bisa tidur siang karena jadwalnya ngajarnya jam 2

5. bertemu mahasiswa di kantin dan bilang kalau saya cantik sekali hari itu

6. Kolega saya bilang ada honor yg cair

7. kelas berjalan lancar dan mahasiswa saya mulai mengerti bahan kuliahnya

8. bisa jalan kaki keliling komplek sore-sore

9. ada pasar kaget di komplek, jadi bisa belanja yg segar-segar tanpa harus pergi jauh

10 Dan hubungan yang paling berat yang pernah saya alami..hmmm... Jujur saja, saya merasa tidak pernah bermain-main dalam menjalin sebuah hubungan betapapun sulitnya kondisi dari hubungan itu sendiri, jadi semua perpisahan tidak pernah mudah bagi saya. Selain itu, saya bukan tipikal perempuan yang "laku", punya banyak penggemar seperti orang lain sehingga bisa dengan jumawa berpindah hati seperti orang lain. Hubungan yang paling berat yang saya punya dengan seorang pria dari belahan timur juga merupakan hubungan yang paling saya hargai hingga saat ini. Ia mengajari saya untuk melihat diri saya sendiri secantik orang lain, seperti halnya dia melihat saya seakan-akan saya adalah wanita yg memiliki standar kecantikan seperti rata-rata wanita lain miliki. hubungan saya dan dia berjalan hangat dan penuh pembelajaran. Tapi sayangnya banyak hal yang tidak berpihak kepada kami, mulai dari waktu yang salah, jarak hingga keyakinan yang tidak akan pernah menyatukan kami. Namun saya sadar, Tuhan pasti mengirimkan dia ke kehidupan saya dengan satu alasan yang tidak pernah saya sadari sebelumnya.

Hal yang saya syukuri dari hubungan ini adalah bahwa saya belajar banyak darinya dan semoga dia juga begitu. Bersamanya, saya belajar menjadi wanita yang supportif untuknya dan dia belajar untuk menjadi pria yang hangat untuk saya. Selain itu, saya bersyukur bahwa saya masih tetap waras dalam menjalankan hubungan saya dan dia, tidak terjebak cinta gila hingga lupa berpikir jangka panjang. masih sulit membayangkan jika dulu saya mengiyakan ajakannya menikah dan kemudian berkonfrontasi dengan keluarga saya sendiri, kehilangan teman-teman terdekat saya yang mungkin tidak setuju dengan jalan yang saya ambil, maka jika terjadi satu dan lain hal, maka saya mungkin tidak akan punya siapa-siapa lagi. Pria saya itu memang bukan pria yang amat sempurna, dia banyak kekurangan seperti halnya saya, tapi ia memiliki hal-hal yang saya inginkan pada seorang pria.

Hubungan saya dengan pria yang diatas, merupakan salah satu hubungan yang sangat berpengaruh dalam hidup saya. 2 Hubungan lain yang memiliki pengaruh yang amat luar biasa dalam kehidupan saya adalah :

1. orang tua dan keluarga
Orang tua saya tidak sempurna, begitupun saya, hanya seorang anak yang jauh dari sempurna. Mama dan papa saya tentu saja memiliki banyak kekurangan sebagaimana halnya saya. Tapi dari itu semua, saya bersyukur bahwa saya punya mama yang berpikiran jauh kedepan, Beliau sudah mengirimkan saya dan saudara-saudara saya untuk kursus bahasa inggris sejak kami masih duduk di kelas 3 SD. Ketika yang lain masih bermain kelereng, saya dan kakak saya sudah belajar naik angkot ke pusat kota untuk les. Dari kecil, kami sudah diajarkan untuk berani karena mama kadangkala bertugas dimalam hari dan papa sering keluar kota. Ibu yang bekerja seperti mama, mengajarkan saya, kakak dan adik saya untuk mandiri lebih cepat. dari kecil, saya sudah belajar memasak nasi, kakak saya sudah diajar untuk menyapu. Pernah ketika sedang asyik bermain, mama memanggil saya pulang untuk belajar menggiling cabe. Efeknya, hari ini saya termasuk yang jago memasak bahkan bisa punya penghasilan dari memasak. Papa saya, seorang wiraswasta dibidang perlistrikan. dari beliau saya mendapatkan turunan kemampuan berkomunikasi dan beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan. dari beliau juga, saya mendapatkan turunan tidak takut terhadap resiko dan hal hal baru.

Sebagai anak kedua dari (awalnya 3 bersaudara) 5 bersaudara, saya hanya sempat menjadi bungsu 1,5 tahun, sisanya menjadi bayang-bayang saja. Saya mensyukuri kalau mama-papa saya termasuk orang tua yang kolot, yang suka memperbandingkan antara anak yang satu dengan yang lainnya, sehingga saya tertantang untuk menunjukkan siapa saya, meski lebih sering gagal daripada berhasil. Saya bersyukur menjadi anak tengah, sehingga saya tidak memiliki karakter yang amat keras kepala, terlalu dominan dan keras hati, namun terlalu toleran dan mempertimbangkan banyak hal sehingga seringkali lupa pada kepentingan sendiri. namun, dibalik itu semua, saya bersyukur bahwa hari ini saya masih punya keluarga yang lengkap, masih suka dismsin adik saya yang duduk dibangku smu untuk minta uang dan pulsa, masih suka dimarahi dan diceramahi kakak dan mama saya, itu semua menunjukkan kalau saya tidak hidup sendiri.

2. Teman-teman baik
Apalah artinya saya jika tanpa orang lain disekitar. Tuhan sangat baik hati telah mengirimkan banyak teman-teman baik dalam kehidupan saya. Anehnya, rata-rata teman baik saya berwatak lebih keras dari saya:). Saya bersyukur karena punya banyak kesempatan untuk menjalin persahabatan dengan banyak orang. Salah satu teman saya dari SD, sampai hari ini masih jadi teman baik saya, bahkan ibunya selalu menginformasikan pada banyak orang bahwa saya dan anaknya sudah berteman dari SD. Teman-teman akrab saya dari bangku SMU jumlahnya empat orang, Lili, Leli dan Nani. mereka semua sekarang tinggal di Jakarta dan hanya sendiri yang di SUmatra. Mereka adalah alasan mengapa bangku sekolah tidak pernah membosankan, begitupun mereka adalah alasan mengapa liburan semester selalu menyenangkan untuk ditunggu.

Untuk saya yang sulit ini, kehadiran teman-teman akrab saya semasa ngekos di Jogja; vetra, uut, ika, yola dan defi adalah sebuah keajaiban meskipun 3 dari 5 teman saya sudah saya kenal sebelumnya, tapi rumah kos itu, mengeratkan kami. Teman-teman saya semasa kos, adalah mereka yang punya pengaruh sangat dalam pada pembentukan karakter saya, terutama teman saya yang bernama vetra. Saya dan vetra berwatak yang bertolak belakang. Saya sensitif sementara ia cenderung blak-blakan. Berteman dengannya memaksa saya untuk mengurangi kadar kesensitifan saya dan berteman dengan saya membuat ia teropaksa mengurangi kadar kenyolotannya. berteman, membuat saya belajar membaca pikiran orang dan belajar mendengarkan, memperhatikan hal-hal kecil, bertoleransi, berhenti mengeluh dan menikmati hidup

Ada banyak kesempatan sebenarnya untuk kita mendapatkan pengaruh dari berbagai pengaruh dalam kehidupan kita. namun, semuanya tergantung kita sendiri, mau mencari, menerima atau malah melewatkannya saja.

Terima kasih ya Allah telah mengirimkan banyak orang yang memberikan begitu banyak kesempatan untuk belajar
Terima kasih untuk kesempatan untuk merasakan luka dan bahagia bersama mereka
dan terima kasih untuk kesempatan memiliki mereka dalam hidup saya





#MagicalMay2012-1

Berawal dari tweet ttg #MagicalMay2012 yang saya baca di akun twitter @amrazing yang merekomendasikan akun lain; @poeticonnie dan @kikisuri yang mengajak banyak orang untuk mengundang hal-hal baik dalam kehidupan kita sendiri dan kemudian menularkannya kepada orang lain. Kalo saya bilang siy, ajakan ini lebih seperti permainan psikologis yang intinya mengajak kita banyak-banyak bersyukur, baik dengan cara mengingat hal-hal baik yg pernah kita punya dan kemudian mensyukurinya ataupun mungkin melihat hikmah dari hal-hal buruk yang pernah kita alami. Setiap hari dibulan Mei ini hingga hari ke 28, yg ingin ikutan program ini bisa melihat tugas apa yang harus dikerjakan (baik ditulis di diary, blog ataupun di notes) di sini. Event ini sebenarnya sudah dimulai dari tanggal 1 May kemaren, cuma karena saya baru baca sekarang, jadi saya boleh memulia dari tanggal 1 ataupun dari tanggal 3. Untuk tugas tanggal 1 peserta harus menuliskan 10 hal yang disyukuri dalam hidupnya masing-masing dan diakhiri dengan kata terima kasih 3 kali.
So, here are the 10 gratitudes in my life
1. Masih hidup dan alhamdulilah sehat hingga hari ini
kalau setiap kali dengar ada yang kecelakaan, sakit dan lain-lain, saya bersyukur sekali kalau saya masih baik-baik saja hingga hari ini, masih bisa berjalan kemana saja saya mau dengan kaki saya, masih nisa melihat, mendengar dan berbicara dengan baik, anggota tubuh yang lengkap.alhamdulillah
2. masih punya orang tua dan keluarga yang lengkap.
Meskipun tidak terhitung banyaknya saya berselisih paham dengan orang tua dan tak terhitung pula betapa seringnya hal yang sama terjadi dengan saudara-saudara saya meskipun kadang-kadang suka kesal, jengkel dengan keluarga tapi kehilangan merekapun adalah hal yang tak bisa saya bayangkan.
3. Hidup saya dikelilingi oleh orang-orang baik
Saya bersyukur Allah mengirimkan banyak orang baik dalam kehidupan saya, kakak-kakak dan abang-abang yg selalu mendukung saya dan menjadi tempat saya bersandar meskipun beberapa diantara mereka bahkan belum pernah saya temui. Orang-orang baik ini seperti malaikat-malaikat dalam wujud manusia yang dikirim Allah agar hidup saya lebih berwarna
4. Teman-teman yang amat menyenangkan
Kalau dihitung-hitung, saya punya banyak grup pertemanan, mulai dari teman sekolah, teman kuliah, teman main dll. Sampai hari ini alhamdulillah kami masih berhubungan baik meski jarak sudah memisahkan, meski kehidupan sudah tidak lagi sama seperti dulu. Dari mereka, saya mendapatkan teman-teman baru juga bahkan keluarga baru. Dari teman-teman saya ini, saya belajar memberi dan menikmati saat menerima, belajar mendengarkan dan menikmati saat-saat didengarkan. Dan teman-teman dekat saya inilah yang menjadi bahu untuk bersandar dikala saya lelah, tempat untuk menangis dan bahkan tempat untuk menertawakan kebodohan saya sendiri
5. Bisa sekolah hingga ke jenjang yg tinggi
tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk merubah nasibnya dari sekolah dan saya adalah salah satu orang yang beruntung yang bisa mendapatkannya. Sekolah bagi saya tidak hanya tempat untuk mendapatkan ilmu dari ruang kelas tapi juga mendapatkan banyak pelajaran dari guru-guru hebat yg pernah beridiri didepan kelas itu
6. Memiliki pekerjaan yang saya inginkan
Menjadi dosen adalah pekerjaan yang memang pas untuk saya..saya suka berbicara dan saya suka bertemu dengan banyak orang. memiliki pekerjaan yng kita inginkan itu menurut orang bijak seperti melakukan hobi tapi dibayar. Membayangkan ada banyak orang diluar sana yang tidak menyukai pekerjaannya tapi tidak memiliki pilihan lain membuat saya bersyukur bahwa saya masih bisa memilih untuk melakukan apa yg saya suka dan dibayar pula
7. Pernah tinggal di Jogja
Pernah tinggal selama 4 tahun di Jogja adalah salah satu pengalaman hidup yang paling banyak merubah saya; mulai dari pelajaran untuk bersikap, bertatakrama hingga bertahan hidup
8. Memiliki kemampuan yang bisa menghasilkan uang
Sampai saat ini, memasak dan menerima pesanan makanan masih menjadi salah satu penyelamat saya kalau tidak punya uang. Bisa memasak adalah salah satu hal yg patut disyukuri karena tidak semua orang bisa melakukannya
9. Punya kesempatan untuk bisa jalan-jalan ke banyak tempat
meskipun tidak punya uang yang amat banyak tapi alhamdulillah ada saja cara Allah untuk membuat saya sampai ke tempat-tempat yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya bisa saya injak..dan yang paling penting, saya punya kesempatan untuk melakukannya
10.Tinggal di kota besar dengan fasilitas yang lebih dari cukup
kalau dilihat di TV, banyak banget orang indonesia yang hidup di daerah-daerah yang jauh, minim sarana dan fasilitas. Apa yang saya punya di kota tempat saya tinggal saat ini masih jauh lebih baik.

ternyata benar, jika dituliskan, ada banyak sekali hal yang sepatutnya kita syukuri namun seringkali terlupakan begitu saja..untuk semua hal baik dan hal buruk yang saya punya dan pernah saya alami..terima kasih..terima kasih..terima kasih

Selasa, 24 April 2012

Matahari Mulai Terbenam di Bali

Bali dan sunset memang tidak terpisahkan ya..mungkin karena Bali memiliki lansekap yang lengkap; mulai dari pantai-pantai cantik yang berjejer hingga bukit-bukit yang menjulang. Sunset di Bali merupakan keindahan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Bahkan saya rela melewatkan separuh pertunjukan tari kecak di Uluwatu agar bisa mengabadikan momen tersebut.. so enjoy the sunset moment:) Sunset di Uluwatu
Sunset di Seminyak

Selasa, 10 April 2012

Bali 2- Garuda Wisnu Kencana



Sudah 3 kali ke Bali tapi baru kali ini saya berkesempatan untuk menginjakkan kaki ke taman budaya Garuda Wisnu Kencana yang tersohor itu. Dari tanjung Benoa, perjalanannya agak berlawanan arah dan saya lupa berapa menit yang kami habiskan di jalan :). Tadinya saya pikir GWK itu ga lebih dari sebuah lapangan saja yg ada patung-patungnya..ternyata GWK lebih jauh berupa lansekap dengan undakan-undakan dan lapangan yang luas..kalo saya bilang sih, mirip kawasan Candi, cuma Candi jaman sekarang tanpa stupa. Untuk mencapai patung kepala garuda saja, kita harus menaiki puluhan anak tangga, kurang lebih seperti saat kita ingin memasuki kawasan stupa di candi Borobudur.



Seharusnya patung dikawasan GWK berbentuk Wisnu yang mengendarai garuda, namun karena belum selesai, yang baru ada hanya Patung kepala garuda dan kepala Dewa Wisnu saja. Kedua patung ini merupakan hasil karya pemahat Bali yang terkenal itu I Nyoman Nuarta dan sebenarnya belum taraf selesai. Melihat patung kepalanya saja sudah sebegitu besar, jadi membayangkan, betapa besarnya patung itu setelah digabungkan.

Tiket untuk masuk ke kawasan ini IDr 30k untuk turis domestik. Dari tempat ini, kita juga bisa menyaksikan pemandangan Bali dari atas, berjalan-jalan saja, membeli oleh-oleh atau bahkan melihat pertunjukan tari. Lagi-lagi saya harus mengacungi jempol pada kreativitas orang Bali dalam mengemas sesuatu hingga menjadi objek wisata yang (rasanya) ga lengkap jika tidak dikunjungi.







Bali 1- Tanjung Benoa

Sudah tiga kali saya ke Bali. Pertama kali saya menginjakkan kaki ke pulau ini tahun 2008 dalam tur dan gathering milis pembaca majalah Femina. Karena bersifat rangkaian acara, Bali yang saya nikmati sudah dalam bentuk paketan, paketan acara, jalan-jalannya dan belanjanya. Gathering milis Femina ini diikuti oleh peserta yang semuanya wanita, ya iyalah namanaya juga milis majalah wanita. Saking isi tur ini perempuan semua, banyak hal menarik di bali yang di lewatkan demi acara belanja..:)

Kali kedua saya ke bali tahun 2009 , dibayarin ama adek kelas waktu kuliah yang saat itu berkunjung ke Jogja.hmm betapa beruntungnya saya :). Si adik kelas saya ini bekerja di perusahaan kertas terkenal di Riau, yang sepanjang harinya hanya punya dua dunia, rumah dan kantor. jadilah liburan kita di Bali dihabiskan untuk menikmati Kuta apa adanya. Penginapan kami berlokasi di gang depan discovery mall, jadi selama beberapa hari di bali kami hanya keluar masuk Discovery mall untuk mengakses pantai di belakangnya, jalan kaki ampe bego sepanjang garis pantai kuta-seminyak, menikmati sunset dan turis-turis yang berlalu lalang jalan-jalan seputaran legian dan sesekali belanja.

Tahun ini kali ketiga saya ke Bali untuk acara Konferensi. Karena berkunjung ke Bali untuk berkonferensi berbonus jalan-jalan, maka selama konferensi berlangsung, saya menginapnya bukan di hotspot bali seperti Kuta dan Legian melainkan di daerah pusat perkantoran dan kampus di Renon. dari bandara Ngurah rai, perjalanan cukup jauh, ongkos taksinya saja sampai 80 rb.

Berbeda dengan kawasan Kuta dan legian, kawasan ini relatif sepi, tidak banyak bule yang berlalu lalang. Sepintas malah membuat kita tidak merasa sedang di Bali karena toko-toko yang ada bukan untuk penjualan souvenir melainkan toko barang-barang kebutuhan mahasiswa seperti baju dan tas ala Tanah Abang. Hal yang membuat kita sadar kalo saat itu sedang di bali ya saat melihat ada banyak sesajen dan patung-patung berkain kotak-kotak dengan kamboja di telainga dimana-mana.

Hal yang menyenangkan dari bermukin di denpasar selama di bali adalah kemudahan untuk mendapatkan makanan yang halal dengan harga yang bersahabat dan suasana yang lebih kalem dan sebaliknya kawasan ini cukup jauh dari pusat keramaian, hotel-hotel yang ada beberapa cukup mahal dengan standar biasa saja.

Selama tiga malam, saya menginap di hotel Nirwana Suite di Jalan Tukad Pakerisan yang dipesan lewat panitia seminar oleh teman saya. Rate per malamnya adalah IDR 375 k. nah hotel ini berstandar Indonesia sekali, maksudnya kamar yang luas dan lapang, kamar mandi tanpa bath up tapi ada air panasnya, hanya ada sabun mandi yang disediakan hotel, yang lain pakailah punya sendiri, tidak ada sendal kamar, wi-fi yg ada tapi ga dinyalain, hanya bisa diakses lewat komputer yang ada di ruangan sarapan, sarapannya dipesan sebelumnya dan masing-masing orang hanya boleh memesan satu menu. Tapi secara keseluruhan, hotel ini cukup homy, cuma perlu ongkos 10 rb naik taksi ke venue seminar di STIKOM Bali.



Konferensinya sendiri berlangsung dua hari dan biasanya setelah para pemakalah memperesentasikan papernya maka di hari berikutnya sudah banyak yang hilang untuk jalan-jalan..termasuk saya. Konferensi ini sebenarnya sudah dilengkapi paket wisata, tapi saya dan teman-teman tetap saja tertarik untuk mengeksplor Bali yang lainnya. Jadilah saya dan empat orang teman lain dari pekanbaru memutuskan untuk membuat trip kami sendiri dengan menyewa satu mobil berikut sopirnya. Rute wisata kami adalah : Tanjung benoa-Garuda Wisnu Kencana-Tanah lot-Kuta. Sopir yang kami sewa itu namanya Taufik, orang Makasar yang sudah lama merantau ke bali. Bli taufik ini sering dipakai oleh pegawai PU yang menginap di wisma PU Kuta. Beliau sangat saya rekomendasikan untuk di kontak jika sewaktu-waktu ada yang ke Bali dan butuh mobil serta supir.

Perjalanan pertama kami adalah ke Tanjung Benoa. kawasan pantai yang terkenal dengan wisata airnya. Namun sebelum sampai ke Tanjung Benoa, kawasan wisata olahraga air yang terkenal itu. Ada Banyak permainan yang bisa di coba disini, mulai dari parasailing, diving tanpa lisensi, banana boat, jetski. bagi yang ga bisa berenang dan takut tenggelam kaya saya, bisa dicoba paket berperahu ke tengah laut membeli makan ikan-ikan cantik dilanjutkan dengan berkunjung ke pulau penyu. Harga masing-masing paket rata-rata 100k dan untuk diving 400k.










Tanjung Benoa benar-benar mengesankan bagi saya..bukan karena olahraganya, tapi terlebih karena kawasannya yang emang benar-benar keren..pasir putih, laut biru hijau..langit biru dengan taburan parasut warna warni, perahu hingga yacht bertebaran di laut juga kawasan hotelnya juga elit-elit sepanjang jalan..kalau sudah begini kadang mimpi jadi orang kaya..haha


Sabtu, 07 April 2012

A Little Gift


Photo source : thechiclife.com

Jika ada pertanyaan siapa orang yang aku hormati di dunia ini selain orang tua dan guru-guruku, maka aku pasti akan menyebutkan Kak Deni, kakak kosku waktu di Jogja dulu. 6tahun saling mengenal dengan sangat dekat, aku jadi paham bahwa yang namanya saudara itu tidak hanya soal hubungan darah. Aku dan kak Deni sama sekali tidak memiliki pertalian persaudaraan sebelumnya. Jika ada hal yang menghubungkan kami, maka itu pastilah rumah kos kami dulu di Pogung Kidul no 70 dan adiknya Lani, yang teman SMUku.

Bagaimana bisa aku tidak memilih Dia? Kak deniku itu sangat menghargai aku dan menghargai adalah bentuk kasih sayang yang lain. Memang tidak semua cerita hidupnya ia ceritakan kepadaku, tapi ia cukup senang jika aku mau mendengarkan ceritanya. Begitupun aku, adalah candu bagiku untuk berbicara dengannya lewat telepon barang 15, 20 menit, sesekali 1 jam hanya untuk berbagi cerita. Ia adalah mood boooster untuk menjalani dan menutup hari, tempatku berkaca bahwa hidup ini indah dan Tuhan itu Maha Baik.Tidak hanya itu, tak pernah sekalipun ia lupa untuk berterima kasih padaku untuk semua yang pernah aku kerjakan untuknya, dimakannya makanan yang aku buat dengan mimik muka seakan-akan itu adalah makanan terenak yang pernah ia jumpai, ia ikut girang kalau aku menemukan barang-barang lucu atau mendapatkan kesempatan-kesempatan baru dan ikut terharu ketika akhirnya aku menjadi dosen, seperti dirinya. Diperkenalkannya aku pada keluarganya yang lain dan pada orang-orang yang kami temui bersama seolah-olah aku adalah keluarganya sendiri. Aku jadi memiliki ibu baru, aku seperti mendapatkan tambahan kakak-kakak dari saudaranya dan bahkan mendapat tambahan om dan juga tante. Lain waktu, ia adalah salah satu dari orang-orang yang menjadi tempatku menangis jika sesekali waktu kesedihan mendatangiku. dari jauh, ia mengusap air mataku, membesarkan hati lewat kata-kata yang membukakan pikiranku akan suatu masalah. Tak pernah sekalipun ia mengingatkanku dengan nada tinggi dan caranya mengajarikupun sama sekali tidak menggurui

Bagaimana aku tidak terkagum-kagum padanya. Dibantunya aku menemukan jawaban-jawaban untuk pertanyaan tes seleksi masuk stasiun tv dengan pengetahuannya yang luas dan pada tes pengetahuan umum itu, akulah satu-satunya yang lolos diantara teman-temanku yang lain dan aku ingat kami berdua bersorak melihat papan pengumuman di lantai bawah Grha Sabha Pramana. Padanya, aku bisa bertanya apa saja yang aku ingin tahu dan sedikit sekali yang ia bisa jawab. bagiku ia adalah ensiklopedi tebal yang bisa berbicara.

Dan aku tidak akan pernah lupa kalau aku selalu girang kalau Kak Deni menelponku untuk bilang bahwa ia akan ke Jogja karena itu artinya kami akan menghabiskan waktu di kamar kosku untuk bercerita. Dengannya aku tidur dengan nyaman tanpa takut akan ada orang yang terganggu bila aku ngorok karena ia juga begitu. Pun aku tak pernah lupa waktu ia memberiku hadiah sepasang sepatu ketika aku diterima kerja dan digantinya kipas angin di kamarku yang rusak waktu ia dan Ibu berkunjung, dicukupkannya makanku, ditinggalkannya uang jajan kalau ia mau kembali pulang seakan-akan aku adik kandungnya. itulah sebabnya mengapa ia menjadi orang pertama yang kuberi tahu-selain keluargaku jika aku pulang ke Padang dan selalu berada di posisi teratas dalam agenda bertemu dengan orang-orang. Dan akan dipeluknya aku erat-erat dan diciumnya pipiku jika kami bertemu.

Meskipun tahun berlalu dan umur bertambah, tapi hubungan kami tetap seperti ini, bahkan lebih baik dari tahun ke tahun. Lewat sms dan telpon kami berbagi cerita, semangat dan doa..seakan-akan aku dan dia masih tinggal di satu rumah yang sama..seakan-akan langkah kakinya masih berbunyi diatas kamarku dulu..

Apa yang aku ceritakan hari ini hanya sepersekian dari semua rasa terimakasihku yang besar padanya, hadiah kecil di hari ulang tahun seorang kakak cantik berhati peri.

Selamat ulang tahun Kakakku..
Semoga selalu sehat dan dalam lindunganNya
Agar kita bisa mewujudkan impian kita berdua untuk bersekolah di benua biru
Banyak cinta untukmu

Kamis, 05 April 2012

Impossible is Nothing-Bali


Keterangan foto dari kiri ke kanan : Henry -Saya -Arif di acara KNSI 2012


Hampir sebulan yang lalu, saya baru kembali ke Pekanbaru dari trip panjang saya menjelajah tiga provinsi; bali, DIY dan DKI Jakarta.Akhirnya saya liburan juga.^_^. Perjalanan panjang ini diawali dengan tekad kuat untuk mengisi kembali hati saya dengan pelajaran dan hikmah baru. Dari tahun lalu, saya sudah meneguhkan tekad untuk menabung agar bisa berlibur. Tujuan utama saya sebenarnya adalah Jogjakarta, kota lain yang saya sebut sebagai kampung halaman saya, namun karena pikiran saya melompat-lompat, sempat beberapa kali destinasi dan jalur liburannya saya revisi karena masalah jumlah hari libur dan tentu saja masalah anggaran. Jujur saja, liburan keluar dari Pekanbaru terasa cukup berat, terutama jika daerah tujuan liburan saya ada di pulau jawa karena membutuhkan dua tiket pesawat sekali jalan. Jadilah untuk mewujudkan mimpi saya itu, saya ikut arisan yang tanggal terimanya pas saat liburan tiba di bulan Februari dan nominalnya cukuplah.

Mendekati jadwal liburan, lagi-lagi ada berapa revisi yang harus dilakukan. namun kali ini revisinya karena berita baik bahwa paper saya dinyatakan lulus untuk mengikuti konferensi Nasional Sistem informasi di Denpasar pas pada jadwal liburan tersebut. Alhamdulillah bisa ke Bali lagi dan alhamdulillah destinasi liburan jadi (tiba-tiba)bertambah meski itu artinya uang yang dibutuhkan juga bertambah.

Akhirnya tanggal 22 Februari kemaren, saya bertolak ke Denpasar dengan perasaan luar biasa senang. Akhirnya setelah 1,5 tahun pulang dari Jogja, saya naik pesawat lagi. Norak ya? biarin :P. Dulu ketika masih kuliah di Jawa, pesawat dan bandara adalah hal rutin yang menyenangkan, minimal sekali setahun pas lebaran saya pasti menginjakkan kaki di Bandara. Saya kehilangan rutinitas itu setelah berpindah ke Pekanbaru karena untuk pulang ke Padang dari Pekanbaru tidak ada lagi pesawat yang bisa ditumpangi, adanya pesawat roda empat yang jalan diatas aspal:)

Koneferensi Nasional (sambil Jalan-jalan) di Bali sebenarnya sesuatu yang cukup unpredictable dan Unbelieveable bagi saya karena paper saya dikirimkan pada hari terakhir deadline pengumpulan naskah. Padahal sudah sebulan sebelumnya teman saya Arif mengingatkan saya untuk mengirimkan paper tapi saya tidak pede.

Hampir tiga tahun yang lalu , Saya, Arif, Henri dan beberapa teman kuliah saya saat S2 merencanakan liburan pendek murah ke Bali karena tidak afdol rasanya sudah berada di jawa tapi tidak sampai Bali. Sebelumnya, selama kami di Jogja, sudah berbagai tempatmenarik di Jawa pernah kami datangi, mulai dari candi hingga pantai dan yang paling berkesan adalah saat mewujudkan rencana ke bromo

Meskipun saat konferensi tersebut bukanlah kali pertama saya menginjakkan kaki di Bali, tapi tetap saja rasanya tak percaya kalau saya, Arif dan Henri bisa menginjakkan kaki lagi bersamaan dan bertemu kembali setelah dua tahun kami berpisah selepas lulus kuliah. Apalagi kami semua terpisahkan jarak antara Pekanbaru-padang dan Pontianak. Kalau dipikir-pikir, benar juga apa yang dikatakan Lionel Messi dalam iklah produk olahraga terkenal itu, impossible is nothing dan benar juga katanya Andrea Hirata dalam sang pemimpi : "Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu".

Kamis, 29 Maret 2012

(Lagi-lagi) Tentang Menikah

Tadinya saya mau posting cerita tentang liburan saya ke Bali, tapi entah mengapa pikiran saya malah berbicara lain setelah melihat postingan beberapa teman hari ini. Beberapa waktu lalu, saat saya dan teman-teman dekat saya yang perempuan berkumpul di Jakarta dan akhirnya bercerita panjang lebar tentang banyak hal dan tentu saja bercerita tentang jodoh. Saya berteman akrab dengan 4 orang perempuan waktu kami sama-sama ngekos di pogung-Jogjakarta. Kami berlima seumuran, beda-beda bulanan saja. Dari kami berlima, baru satu orang teman saya, Ika, yang menikah. Sisanya, kami berempat, sedang dalam proses wait n see..siapa, kapan dan dimana jodoh kami berada. Pembicaraan tentang jodoh memang tidak akan ada habisnya, pun sampai kita menemukan jodoh kita sendiri. Dalam lingkaran pertanyaan tak berujung di kehidupan, ia hanyalah salah satu masalah yang ketika terjawab akan merembet ke masalah lain.

Lalu siapa yang tidak ingin menikah? saya sendiri sangat ingin, apalagi di usia yang akan atau sudah kepala tiga, menikah seakan-akan menjadi keharusan. Tapi kenapa saya menjadi ingin menikah? apakah karena memang ingin menyempurnakan separuh agama seperti yang menjadi alasan orang-orang lain? atau semata-mata menjadikan alasan menyempurnakan separuh agama itu sebagai topeng untuk menikah? Apa bukan karena orang lain sudah menikah dan saya belum? atau karena orang lain sudah punya anak dan saya belum?
Saya tau persis rasanya sedih ditinggal menikah; dalam geng saya yang lain, dari empat orang perempuan yang ada, saya satu-satunya yang belum menikah. Dari geng kuliah saya juga begitu, saya yang masih wara-wiri sementara teman-teman saya sudah sibuk ngomongin anak. Belum lagi rasanya dilangkahi, saya sudah mengalaminya 3 tahun yang lalu saat adik saya mendahului saya menikah. Dan dari semua itu, faktor orang lainlah yang ternyata paling besar kontribusinya dalam kesedihan itu. Sejak teman saya yang menikah pertama hingga yang terakhir 2 tahun yang lalu, semua orang yang kenal kami berempat tidak henti-hentinya bertanya :"kapan nyusul?". Apalagi waktu adik saya menikah..wuiihhh pertanyaan begitu bahkan datang dari keluarga saya sendiri. Lha, saya mau jawab apa? dari jawaban sekenanya hingga senyum manis sudah saya jadikan senjata:).
Padahal yang berhak sedih karena belum menikah di dunia ini bukan hanya saya, bukan hanya teman-teman saya yang bertiga itu, ada banyak sekali wanita lajang di dunia ini, bahkan saya mengenal dosen saya waktu S1 dulu yang umurnya sudah hampir 60 tahun ini dan masih single, but she looks happy atau pasrah? Saya ga tau tapi yang terpenting saya melihat beliau baik-baik saja.

Saya paham sekali bahwa jodoh tidak turun dari langit, ia harus diusahakan, tapi bukan berarti itu menjadi alasan untuk berputus asa dan menilai buruk diri sendiri atau merasa tidak seberuntung yang lain dalam urusan asmara. Mungkin kata-kata belum jodoh ketika putus atau patah hati itu klise adanya tapi itu benar. Bayangkan jika kita menikah dengan orang yang salah hanya karena kita tidak ingin “ketinggalan kereta”. Yang penting usaha dan berdoa maksimal, setelah itu biarlah kita tunggu Allah memainkan bagianNya, tidak mungkin Allah tidak punya maksud untuk semua ini. Mungkin Allah sedang memberikan kita kesempatan seluas-luasnya dulu untuk mengerjakan apa yang kita suka; entah itu kerjaan, sekolah, kumpul bareng teman atau hal-hal lain yang akan sulit dilakukan ketika sudah menikah atau mungkin Allah sedang mempersiapkan orang yang tepat dan meminta kita lebih sabar sedikit saja..atau mungkin Allah ingin kita melakukan hal-hal dibawah ini :
• Pelesir sendiri dan melihat dunia dari sudut pandang Anda.
• Hidup sendiri, mandiri, dan belajar hal-hal yang “nyata”. Lihat bagaimana Anda menangani situasi tertentu.
• Buat teman-teman Anda sendiri dan miliki grup Anda sendiri.
• Putuskan apa yang Anda inginkan dari hidup Anda.
• Memiliki tabungan sendiri. Dapatkan karier impian Anda.

Sumber : http://lagihappening.blogspot.com/2012/03/hal-yang-perlu-dilakukan-sebelum.html


Belum menikah bukan alasan kawan untuk membuat dunia kita berhenti berputar. JIka orang terdekat kita menikah dan kita "ditinggalkan" pasti bikin sedih..lalu bagaimana jika itu kita? yang menikah dan "meninggalkan" teman atau orang terdekat kita? bukankah kita inginnya mereka bahagia mendengar kita menikah dan bukannya sedih?. Berbesar hatilah..Mama saya bilang : "biarlah mobil yang penuh berangkat duluan, biarlah kapal yang sudah penuh berlayar duluan..mudah-mudahan mobil atau kapal kita bisa berjalan setelahnya"..


*hanya pikiran selinas pas sedang waras*

Jumat, 03 Februari 2012

Gaji dan Orang Tua

Hampir satu setengah tahun saya bekerja dan rasanya saya masih baru mulai belajar mandiri, belum sampai ke tahap yang amat mandiri terutama mandiri dalam urusan finansial. Dalam 1,5 tahun bekerja ini, pendapatan saya tidak tinggi tapi alhamdulillah tidak kurang. Namun hal itu kadang yang membuat saya sering kecil hati. Gaji yang tidak berlebihan tapi cukup itu membuat saya tidak bisa untuk sering-sering mengirimkan uang pada orang tua saya. Ya setidaknya tidak sesering yang dilakukan adik atau kakak saya. Apalagi nominalnya, jauh lebih kecil dari yang mereka kirimkan. Ketika kadang saya mengutarakan kerisauan hati saya akan hal ini ke mama, beliau selalu bilang :
"yang penting bagi mama gaji kamu cukup untuk dirimu sendiri, dengan begitu, kamu sudah mengurangi beban mama".

Pernah suatu kali saya menceritakan keinginan saya untuk mencicil rumah kepada orang tua. Bekerja sebagai PNS bukan di kota sendiri membuat saya mulai memikirkan tentang kebutuhan untuk memiliki rumah sendiri. Rumah yang saya incar posisinya tidak jauh dari rumah kontrakan saya yang sekarang, tanahnya luas dengan bangunan standar. Untuk mendapatkannya, saya harus memiliki uang sejumlah hampir 35 juta dan membuka KPR senilai 80 juta. Soal KPRnya sih saya ga terlalu bingung, karena status cpns dan pns sangat dimudahkan oleh pihak bank penyedia KPR, yang saya bingungkan adalah yang 35 jt. Kalau saya membuka pinjaman lagi ke bank, maka gaji saya jadi bersisa sedikit sekali. Dan untuk kebingungan saya itu, papa saya bilang :
"kamu lihat dulu lah lokasinya, kalo cocok dan kamu suka, biar papa yg nyari 35 jtnya"

dan mama saya bilang:
" ntar kalo uang proyek papamu sudah cair semua, mudah-mudahan kami bisa membantu"

Dan saya akhirnya memutuskan untuk tidak jadi mengambil rumah. Saya malu sama orang tua saya dan hal itu yang akhirnya membuat saya merasa terlalu memaksakan diri. Bekerja membuat kita paham bahwa uang itu memang tidak mudah dicarinya dan begitu mudah untuk menghabiskannya. Selain itu, bekerja juga membuat kita mulai merasa malu untuk meminta kepada orang tua, mungkin sebenarnya lebih tepat kalau malu terlihat miskin.

Tapi sebenarnya tidak begitu dengan sudut pandang orang tua saya. Beliau sangat paham kalau karier dan pekerjaan saya masihlah seumur jagung dan saya masih memiliki banyak kebutuhan yang harus saya penuhi sehingga wajar kalau saya masih akan sering "terlihat miskin". Sebegitu pahamnya beliau hingga setiap kali mama mengunjungi saya dan adik ke Pekanbaru, beliau tidak pernah meminta dibelikan ini itu. Kalaupun sesekali saya mengajak makan atau mengajak jalan-jalan ke pasar bawah dan bertanya beliau mau dibelikan apa, beliau akan berulangkali bertanya apakah saya punya cukup uang atau tidak. Bagi orang tua, dengan bekerja ataupun memiliki penghasilan sendiri, saya sudah tidak lagi menjadi tanggungan beliau berdua, sehingga uang yang beliau berdua punya bisa dialokasikan kepada kedua adik saya yang masih sekolah.

Sesekalinya saya mau mengirimkan uang jajan kepada orang tua, maka beginilah dialognya :

Saya : "Mama lagi ada duit ga?"
mama : " kok nanya begitu?"
Saya : "Saya mau ngirimin mama uang jajan..tapi ga banyak"
Mama : "kok pake ngirimin mama duit? kamu masih ada uang? "
Saya : " kebetulan saya punya sedikit"
Mama : " benar kamu masih punya uang? kalau ga ada jangan memaksakan diri..bagi mama yang penting cukup untuk kamu"

*dan tiba-tiba saya jadi tercekat..*

Lain waktu saya menelpon papa menanyakan nomor rekening beliau, dan ketika diberitahu untuk apa saya meminta nomor rekening, beliau malah bilang begini :

" Kalau mau mengirim uang, jangan ke papa..untuk mama kalian aja..kalau papa masih kuat buat nyari uang, kalau mama kalian gajinya sudah tidak seberapa"

"kalau gt saya beliin papa pulsa aja ya?" ujar saya

" ga usah, pulsa papa masih cukup kok..kalau uang masih ada disimpan aja..kamu kan punya banyak keperluan.."


Dan saya menutup telepon siang itu dalam diam..tak terasa air mata saya mengalir dan rasa haru memenuhi dada saya..saya memang pantas malu kalau masih menyusahkan mereka..

Kamis, 26 Januari 2012

Hp-Hp Saya

Entah mengapa saya seringkali tidak bersahabat dengan kepemilikan HP. Dalam beberapa tahun saya memiliki nomor handphone, beberapa kali pula ia kehilangan sarangnya. Bukan karena saya kelebihan duit lalu suka gonta ganti hp tapi lebih sering karena hilang, entah tercecer dimana, diambil siapa atau malah tidak bisa digunakan sama sekali. Kehilangan HP pertama yang cukup menyiksa batin saya adalah nokia 6300 warna hitam lungsuran dari papa. Hp ini hilang saat saya dan teman-teman sedang berdiskusi di ruang belajar di kampus sekitar 2 tahun yang lalu. Nyesek karena hp itu sangat amat menyenangkan untuk dipakai, suaranya bagus dan bisa internetan pula dan hilang pada saat saya lagi cekak-cekaknya jadi mahasiswa. Setelah itu saya menggantinya dengan Hp seri paling bawah. Yang orang-orang suka bilang kalo sebenarnya itu senter berhadiah HP.Ga papalah, yang penting bisa nelpon dan sms, lupakan sejenak apdet status dan lain-lain yang membutuhkan internet. Tapi ternyata HP semurah inipun tidak menyurutkan maling untuk mengambilnya. Sebulan setelah hp ini saya miliki, ia kembali diambil orang dari jok motor waktu saya joging sore di GSP.


Tapi seri paling menyedihkan dari kehilangan Hp ini terjadi bulan Oktober lalu, persis saat saya sedang diklat pra jabatan di balai diklta depag di Padang. kali ini yang hilang HP pertama yang saya beli dengan uang saya sendiri, dari gaji pertama saya, Xperia X8. Memang bukan hp baru, saya membelinya dalam kondisi sudah dipakai 1 bulan tapi masih bagus dan harganya turun jauh. Si X8 ini termasuk grup awal hp berbasis android, jadi ia cukup membuat saya merasa keren waktu memilikinya. tapi sayang kami ndak berjodoh lama, ia hilang tanpa pesan. setelah si X8 hilang, saya kembali memakai hp standar lagi, tapi kali ini yang dual sim card, biar kedua sim card yang saya punya bisa tetap dipakai meski hp cuma satu. Tapi lama-lama hp dual sim card memiliki kelemahan juga. Sim card yang satu akan langsung kehilangan sinyal ketika sim card yang lainnya dipakai sehingga banyak yang komplain kenapa saya susah sekali dihubungi.

Dan akhirnya saya melihat iklan hp android murah tapi tidak murahan... Samsung galaxy Y..dan saya langsung jatuh cinta. Sebulan yang lalu saya menemukan si hp ini second beberapa hari saja dengan harga yang pas dengan kantong saya.

Saya bukan kategori gadget freak, saya juga ga merasa perlu membeli barang keren-keren tapi tidak difungsikan dengan baik, tapi kehilangan X8 membuat saya(seperti) kehilangan kehidupan. Saya tidak bisa mengakses situs jejaring sosial saya setiap saat sehingga ketinggalan banyak perkembangan. hal ini diperparah oleh tidak adanya wi-fi dan jaringan internet gsm yang amat sangat lelet di kampus. Kehadiran si samsung galaxy Y ini benar-benar mengembalikan semangat hidup saya (lebay ya?).

Berbeda dengan hp android saya terdahulu, hp yang ini seri androidnya lebih tinggi, jadi saya bisa install whatssap buat chatting ama teman-teman kapan saja. Seri galaxy Y ini menggunakan kamera 2 mp. kecil memang tapi masih lebih baik daripada kamera VGA yang dimiliki oleh xperia X8. Dan hal yang lebih menyenangkan lagi, setelah saya mendownload beberapa fitur photography, hasil jepretannya jadi keren.






semua berawal dari HP sekecil ini lo...



Jadi, My dearest samsung galaxy Y, jangan pergi lagi sebelum waktunya kamu pensiun ya..biar saya bisa memoto lebih banyak lagi hal-hal menarik disekitar saya:)

Rabu, 11 Januari 2012

Cobaan mengajar

beberapa kali dalam dua minggu terakhir saya seperti mendapatkan teguran bahwa sesekali saya harus bersikap keras kepada orang lain dan tidak melulu menjadi orang yang hanya menyenangkan hati orang lain saja. Sesekali juga saya seharusnya mengeluarkan atau menunjukkan bahwa kadang saya juga bisa marah dan tersinggung seperti orang lain.

Seperti yang terjadi hari ini di kelas. Seorang mahasiswa meminta saya untuk melepaskan kemarahan saya kalau saya memang ingin marah pada mereka. Setidaknya akan membuat mereka (para mahasiswa) menjadi takut dan segan pada saya.

Saya menarik nafas panjang
Ucapan itu mengingatkan saya pada ucapan Adam, yang seringkali mengeluarkan kata-kata :"hesty yang biasa" setiap kali saya tidak menjawab debatnya.

Saya merasa serba salah
Jujur saja, saya sebenarnya bukan tipe orang yang amat sabar. sejujurnya saya malah amat sangat moody dan gampang tersinggung. teman-teman baik saya sudah mengetahui dengan baik karakteristik saya yang ini dan rata2 sudah cukup maklum dan teruji. Ketika menjadi dosen, saya memutuskan untuk menjadi orang yang jauh lebih sabar meskipun pada dasarnya saya tetap saja mudah terpengaruh terhadap penilaian orang lain, mudah kepikiran kalau ada masalah, mudah measang muka jutek kelas tinggi kalau lagi terganggu perasaannya.

Tapi ternyata itu semua tidak semudah yang saya kira, terutama tanggapan dari orang-orang yang menjadi objek pembelajaran kesabaran saya. Sebagian dari mereka mengganggap enteng, mengganggap remeh dan bahkan agak mulai kurang ajar serta kurang sopan meskipun tak sedikit pula yang menikmatinya.

Setiap dosen punya alasan sendiri mengapa mereka mengadopsi pola-pola tertentu dalam mengajar dan mengapa mereka bertindak dengan cara tertentu pula begitu pun saya. Pelajaran semasa bangku kuliah mengajarkan saya bahwa kelas yang menyenangkan akan menjadi alasan utama kita untuk tetap datang ke kampus. nah bagaimana bisa kelas akan menjadi tempat yang menyenangkan kalau dosennya sibuk marah-marah terus sepanjang hari? bagaimana mahasiswa bisa tenang di kelas kalau dosennya sibuk mencari-cari kelemahan mahasiswanya?. Alasan saya yang lainnya adalah karena saya ingin meneruskan kebaikan yang pernah saya dapatkan dari dosen-dosen saya yang pernah menjadikan ruang kuliah sebagai candu, sehingga setiap kali pertemuan terlewatkan maka setiap kali itu pula saya merasa ada yang belum lengkap.

Tapi mungkin saya seringkali lupa bahwa kepala yang sama hitam tidak menjamin kesamaan pemikiran dan persepsi akan suatu hal, begitu pun saya tidak bisa memaksa meereka untuk mengerti dan paham akan jalan pikiran saya..

Setidaknya saya sudah mencoba..kalau gagal, mungkin ini seperti halnya teori perusahaan, bahwa jika satu teori cocok untuk diterapkan pada suatu perusahaan maka ia belum tentu akan menghasilkan kecocokan yang sama jika diaplikasikan pada perusahaan lain..kalau berhasil? berarti cuma perlu maintenance saja..dan itu akan lebih sulit tapi bukan hal yang tidak mungkin

Minggu, 01 Januari 2012

Epilog - Dear Adam

so there i was..waiting for the airport shuttle bus in the middle of rain bring me to see him..Him..the one that being the addres of my 2 previous essay.

Hampir dua tahun lalu saya bertemu dengannya pertama kali di FX Jakarta. pertemuan yang terjadi setelah kami kenal kurang lebih 3 tahun lewat tulisan-tulisan yang muncul di layar yahoo messengger. jika ditanya kapan tepatnya saya mulai menyukainya, maka pertemuan pertama kami itulah jawabannya. Dia persis seperti yang saya kenal sepanjang percakapan saya di ym dan telpon, terutama sikap dan cara bicaranya. Saya pikir tadinya ia akan pergi begitu saja setelah kami bertemu. ketakutan yang wajar, karena ia seorang pria dan seorang pria (biasanya) visual dan saya tidak memenuhi kategori visual yang layak untuk itu.

Tapi ternyata dia tidak pergi begitu saja. kami masih menghabiskan beberapa jam untuk ngobrol hingga jalan dan nonton. pertemuan pertama yang berkesan. Sebegitu berkesannya bagi saya hingga setelahnya saya tiba-tiba menjadi seorang fans berat. Saya kemudian membombardirnya dengan segala perhatian yang berlebihan hingga ia jengah sendiri dan meminta saya untuk berhenti. Saya cuma menjawab :

" ya aku memang suka ama kamu..tapi tidak meminta kamu untuk melakukan hal yang sama kok.."

Di depan dia saya kehilangan urat malu. Saya jadi bebal. saya tetap saja merindu untuk terus mendengar suaranya setiap malam..selalu ada perang antara jari, hati dan kepala untuk memencet nomornya atau tidak yang sering berakhir dengan nada sambung diujung telepon. kalau beruntung, ia akan menjawab dengan menyenangkan dan akan lebih banyak saya yang bercerita daripada dia hingga ia sering mengeluarkan komentar :"semuanya tentang kamu!". Ah, dimatanya saya menjadi wanita yang egois dengan semua cerita saya padahal sebenarnya saya hanya bingung harus mengajukan pertanyaan yang bagaimana lagi padanya.

Minggu lalu, selama 2 hari menghabiskan waktu bersamanya, ia kembali mengajukan pertanyaan yang sama; "apa yang sebenarnya saya inginkan? benarkah saya siap untuk menjadi patnernya? atau saya hanya sekedar ingin menjadi pacarnya saja?". Kami berbincang serius cukup lama disebuah tangga didepan jalan setapak yang dilewati banyak orang. Akhirnya pembicaraan seperti itu terjadi juga..bukan yang pertama tapi ini yang pertama kalinya berlangsung live..di depan mata saya sendiri dan sayalah yang menjadi pemainnya. Saya (lagi-lagi) mencoba untuk mengatakan bahwa dia memang istimewa untuk saya. Dialah yang menjadi alasan mengapa saya ada di kota itu pada hari itu seperti halnya dialah yang menjadi alasan mengapa malam akan menjadi sangat berbeda jika tiada suaranya dipenutup hari. Lebih jauh, saya ingin bertanya mengapa saya tidak pernah menjadi pilihan hatinya..seperti yang lain, seperti wanita yang pernah ia pilih meski hanya kenal 1 bulan sementara pada saat yang sama saya sudah berdiri didekatnya selama satu tahun...tapi saya tidak mampu. Kepercayaan diri saya luruh. 2 hari cukup untuk melihat bahwa saya dan dia berada di dunia yang berbeda. Dia, pria metropolitan dengan gadget keren ditangan dan kehidupan sosial yang so-out-of-my-coverage-area dan saya dengan kehidupan kedaerahan yang normal-normal saja. but i just like him no matter how different we are and the word "like" not always need any reason..
Dan saya hanya bisa terdiam dan berkali-kali harus melihat ke arah yang berbeda agar dia tidak perlu melihat mata saya yang berkaca-kaca ketika ia menjelaskan mengapa saya tidak dipilih untuk menepati hatinya.Dia mengatakan kalau saya datang disaat yang salah sehingga semua hal yang saya lakukan untuknya jadi ikut salah. Tapi tak mengapa. Bagi saya, sesalah apapun situasinya tidak membuat dia kehilangan keistimewaannya di hati saya.Dan rupanya kami sama saja, pernah mengalami luka hati yang teramat dalam, namun luka saya lebih dahulu sembuh dari lukanya higga membuat ia kehilangan keinginan untuk jatuh cinta. Ia bicara cukup banyak tentang bagaimana ia melihat saya dalam hidupnya. Dimatanya, saya adalah seorang teman bicara yang menyenangkan, sehingga jika ia putuskan untuk menerima saya dihatinya akan ada kemungkinan kehilangan teman baik itu jika segala sesuatu tidak berjalan seperti yang saya dan dia harapkan.Bisa saja sebenarnya dia berpura-pura mencintyai saya dan menerima pernyataan hati saya tapi ia tidak ingin menjadi orang yang akan menyakiti hati saya seperti perempuan perempuan lain yang pernah ia sakiti hatinya, hmmm..saya menarik nafas panjang dan menggumam dalam hati .. "bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? bagaimana jika kami ternyata bisa menjalaninya dengan baik?".


Perjalanan sore itu menuju angkot yang akan membawanya ke tempat menginap menjadi titik perpisahan kami. Setelah semua penjelasan panjang lebar dan berkali-kali menahan agar air mata saya tidak turun, kami berpisah. Malam itu saya harus kembali ke kota ini dan ia masih akan melanjutkan liburannya. Saya dan dia berjabatan tangan selayaknya seorang teman baik. Saya berbalik arah dan membiarkan airmata saya turun begitu saja. Saya (kembali) patah hati. Tapi seperti biasa, saya yakin akan bisa melewatinya. Ternyata semua hal menjadi absurd kalau sudah menyangkut hati. seberapapun seseorang mencoba menempatkan kita diposisi yang baik di kehidupannya tapi jika itu belum dihatinya, maka tetap saja ada perasaan sedih yang menyelinap. masih saja ada perih dihati, seperti yang pernah ditulis teman saya ve yang kurang lebih isinya seperti ini :" kadang jadi teman yang menyenangkan tidak enak juga..karena kita tidak akan terpilih untuk jadi lebih dari sekedar teman". Padahal seharusnya saya berterima kasih padanya. Dia tidak pernah menjauhi saya yang begitu tergila-gila padanya seperti halnya yang dilakukan teman sekelsa saya waktu SMU. Mestinya saya berterima kasih bahwa sampai hari ini saya masih bisa menikmati percakapan saya dengannya kapan saya mau. Saya sebenarnya tidak pernah benar-benar kehilangan dirinya, saya hanya tidak pernah benar-benar memiliki hatinya..

Dear Adam,
That 2 days opportunity has opened my eyes, to know you well, to see you closely and differently. to learn that we still have another important thing in life called friendship. To let me know that i might not have all the things that i want but still, i can enjoy some..so, Thank you so much for let me experiencing those heart beating, smile, laugh and tears during the time i spent with you.. I really hope that it's not an epilogue..but if it is so..i'll be fine and will only missing u sometimes :)

Yang udah berkunjung ke sini ..