Kamis, 29 Maret 2012

(Lagi-lagi) Tentang Menikah

Tadinya saya mau posting cerita tentang liburan saya ke Bali, tapi entah mengapa pikiran saya malah berbicara lain setelah melihat postingan beberapa teman hari ini. Beberapa waktu lalu, saat saya dan teman-teman dekat saya yang perempuan berkumpul di Jakarta dan akhirnya bercerita panjang lebar tentang banyak hal dan tentu saja bercerita tentang jodoh. Saya berteman akrab dengan 4 orang perempuan waktu kami sama-sama ngekos di pogung-Jogjakarta. Kami berlima seumuran, beda-beda bulanan saja. Dari kami berlima, baru satu orang teman saya, Ika, yang menikah. Sisanya, kami berempat, sedang dalam proses wait n see..siapa, kapan dan dimana jodoh kami berada. Pembicaraan tentang jodoh memang tidak akan ada habisnya, pun sampai kita menemukan jodoh kita sendiri. Dalam lingkaran pertanyaan tak berujung di kehidupan, ia hanyalah salah satu masalah yang ketika terjawab akan merembet ke masalah lain.

Lalu siapa yang tidak ingin menikah? saya sendiri sangat ingin, apalagi di usia yang akan atau sudah kepala tiga, menikah seakan-akan menjadi keharusan. Tapi kenapa saya menjadi ingin menikah? apakah karena memang ingin menyempurnakan separuh agama seperti yang menjadi alasan orang-orang lain? atau semata-mata menjadikan alasan menyempurnakan separuh agama itu sebagai topeng untuk menikah? Apa bukan karena orang lain sudah menikah dan saya belum? atau karena orang lain sudah punya anak dan saya belum?
Saya tau persis rasanya sedih ditinggal menikah; dalam geng saya yang lain, dari empat orang perempuan yang ada, saya satu-satunya yang belum menikah. Dari geng kuliah saya juga begitu, saya yang masih wara-wiri sementara teman-teman saya sudah sibuk ngomongin anak. Belum lagi rasanya dilangkahi, saya sudah mengalaminya 3 tahun yang lalu saat adik saya mendahului saya menikah. Dan dari semua itu, faktor orang lainlah yang ternyata paling besar kontribusinya dalam kesedihan itu. Sejak teman saya yang menikah pertama hingga yang terakhir 2 tahun yang lalu, semua orang yang kenal kami berempat tidak henti-hentinya bertanya :"kapan nyusul?". Apalagi waktu adik saya menikah..wuiihhh pertanyaan begitu bahkan datang dari keluarga saya sendiri. Lha, saya mau jawab apa? dari jawaban sekenanya hingga senyum manis sudah saya jadikan senjata:).
Padahal yang berhak sedih karena belum menikah di dunia ini bukan hanya saya, bukan hanya teman-teman saya yang bertiga itu, ada banyak sekali wanita lajang di dunia ini, bahkan saya mengenal dosen saya waktu S1 dulu yang umurnya sudah hampir 60 tahun ini dan masih single, but she looks happy atau pasrah? Saya ga tau tapi yang terpenting saya melihat beliau baik-baik saja.

Saya paham sekali bahwa jodoh tidak turun dari langit, ia harus diusahakan, tapi bukan berarti itu menjadi alasan untuk berputus asa dan menilai buruk diri sendiri atau merasa tidak seberuntung yang lain dalam urusan asmara. Mungkin kata-kata belum jodoh ketika putus atau patah hati itu klise adanya tapi itu benar. Bayangkan jika kita menikah dengan orang yang salah hanya karena kita tidak ingin “ketinggalan kereta”. Yang penting usaha dan berdoa maksimal, setelah itu biarlah kita tunggu Allah memainkan bagianNya, tidak mungkin Allah tidak punya maksud untuk semua ini. Mungkin Allah sedang memberikan kita kesempatan seluas-luasnya dulu untuk mengerjakan apa yang kita suka; entah itu kerjaan, sekolah, kumpul bareng teman atau hal-hal lain yang akan sulit dilakukan ketika sudah menikah atau mungkin Allah sedang mempersiapkan orang yang tepat dan meminta kita lebih sabar sedikit saja..atau mungkin Allah ingin kita melakukan hal-hal dibawah ini :
• Pelesir sendiri dan melihat dunia dari sudut pandang Anda.
• Hidup sendiri, mandiri, dan belajar hal-hal yang “nyata”. Lihat bagaimana Anda menangani situasi tertentu.
• Buat teman-teman Anda sendiri dan miliki grup Anda sendiri.
• Putuskan apa yang Anda inginkan dari hidup Anda.
• Memiliki tabungan sendiri. Dapatkan karier impian Anda.

Sumber : http://lagihappening.blogspot.com/2012/03/hal-yang-perlu-dilakukan-sebelum.html


Belum menikah bukan alasan kawan untuk membuat dunia kita berhenti berputar. JIka orang terdekat kita menikah dan kita "ditinggalkan" pasti bikin sedih..lalu bagaimana jika itu kita? yang menikah dan "meninggalkan" teman atau orang terdekat kita? bukankah kita inginnya mereka bahagia mendengar kita menikah dan bukannya sedih?. Berbesar hatilah..Mama saya bilang : "biarlah mobil yang penuh berangkat duluan, biarlah kapal yang sudah penuh berlayar duluan..mudah-mudahan mobil atau kapal kita bisa berjalan setelahnya"..


*hanya pikiran selinas pas sedang waras*

Yang udah berkunjung ke sini ..